Minggu, 26 Juni 2016

Jembatan Darurat Kali Putih hanyut





                           Jembatan darurat kali putih penghubung 3 desa hanyutditerjang banjir

Solopos.com, BOYOLALI—Jembatan darurat Kali Putih di Dukuh Santren, Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, hanyut, Kamis (23/6/2016) dini hari.
Jembatan darurat yang menghubungkan tiga desa yaitu Desa Tawangsari, Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, dan Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, dibangun sekitar setahun lalu lantaran jembatan permanen Kali Putih ambrol pada Januari 2015.
Jembatan darurat hanyut karena aliran air di Kali Putih meluap pada Rabu (22/6/2016) malam. Hujan deras mengguyur wilayah tersebut sepanjang Rabu malam.
Pada Kamis pagi masih banyak warga yang kecele dan berniat melintasi jembatan darurat di Kali Putih tersebut. Sebagian memilih langsung berbalik arah namun ada pula yang menonton kerusakan jembatan tersebut terlebih dahulu.
Dari pantauan Solopos.com di lokasi, tidak ada sisa bambu-bambu dari jembatan darurat tersebut. Warga menduga aliran sungai sedalam sekitar 10 meter itu mengalir sangat deras sehingga menghanyutkan seluruh batang bambu. Tidak hanya itu, muncul retakan baru pada bibir sungai sisi selatan. Retakan tanah yang baru itu selebar kurang lebih dua meter dari posisi awal saat ambrol tahun lalu.
“Bibir sungainya ambrol lagi hingga menyeret sebagian aspal jalan. Dulu retakan bibir sungainya tidak sampai sini,” kata warga Dukuh Badran, Desa Brajan, Wiryanto, saat berbincang dengan solopos.com.
Dengan kondisi tersebut, akses warga tiga desa itu menjadi terhambat. Jika Mojolegi-Brajan hanya berjarak 2,5 kilometer, dengan putusnya jembatan itu mereka harus mencari jalur alternatif dengan jarak 5-6 kilometer.
“Lewat Dukuh Kudu, Tanggung, Gatak, Gunungsari, sampai Ledok Brajan. Jalurnya muter,” kata dia. Wiryanto meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali segera memperbaiki jembatan tersebut.
“Informasi yang diterima warga sudah ada alokasi anggaran Rp1 miliar tahun ini dan bulan keempat dijanjikan sudah terealisasi. Namun kenyataannya sampai sekarang belum juga diperbaiki,” ujar dia.
Warga Dukuh Ledok, Desa Brajan, Apri, mengatakan putusnya jembatan Kali Putih akan menyulitkan warga. “Besok kalau anak-anak sudah sekolah mau bagaimana, apa ya mau muter jauh. Dulu sebelum dibuatkan jembatan darurat saya capek sekali kalau pulang pergi bekerja harus muter sampai 5 kilometer.”
Sofyan, 31, petani di desa Mojolegi mengatakan ambrolnya jembatan sangat merugikan warga. Mereka kesulitan jika akan berangkat kerja atau sekolah. Petani juga kesulitan saat menuju ke sawahnya. “Kalau ndak ada jembatan darurat terpaksa kalau ke sawah harus menyeberangi sungai.”
Kapolsek Teras, AKP Purnomo, saat meninjau lokasi mengatakan saat kejadian tidak ada warga yang melintas. Warga pun mengambil inisiatif dengan menutup jalan dari kedua arah sebagai tanda peringatan bagi pengguna jalan.

0 komentar:

Posting Komentar