Gedung Lembu Suro

Gedung Lembu Suro yang menjadi ikon Boyolali , bangunan yang divisualkan seperti patung sapi raksasa yang berada di komplek kantor kabupati Boyolali.

Halaman Kantor Kelurahan Desa Brajan

Kantor Kelurahan Desa Brajan yang merupakan tempat menyelenggarakan urusan pemerintahaan, pembangunan dan pelayanan pelayanan masyarakat.

Gedung Kantor Kelurahan Desa Brajan

Kantor Kelurahan Desa Brajan yang merupakan tempat menyelenggarakan urusan pemerintahaan, pembangunan dan pelayanan pelayanan masyarakat.

Pertanian

Kegiatan pertanian yang merupakan salah satu potensi unggulan di Desa Brajan .

Peternakan

Kegiatan peternakan yang merupakan salah satu potensi unggulan di Desa Brajan .

Minggu, 04 Desember 2016

Pemasangan kayu untuk atap masjid ds brajan hampir selesai. Mohon doa dari rekan - rekan, semoga lancar dan selesai pada waktunya..

Rabu, 29 Juni 2016

Perbaikan Jalan Di Desa Brajan


       Proses perbaikan jalan di desa Brajan yang mulai di lakukan sejak hari jum at tgl 23 juni 2016 , perbaikan akses jalan ini di mulai dari dukuh Brajan sampai dengan dukuh Tanggung sari . Jalan ini adalah akses satu satunya menuju kantor kelurahan desa Brajan . Perbaikan ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan yang melewati desa Brajan karna sebelumnya jalur ini banyak ditemui  lubang - lubang jalan yang telah rusak yang dapat mengganggu para pengguna jalan .

Minggu, 26 Juni 2016

Jembatan Darurat Kali Putih hanyut





                           Jembatan darurat kali putih penghubung 3 desa hanyutditerjang banjir

Solopos.com, BOYOLALI—Jembatan darurat Kali Putih di Dukuh Santren, Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, hanyut, Kamis (23/6/2016) dini hari.
Jembatan darurat yang menghubungkan tiga desa yaitu Desa Tawangsari, Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, dan Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, dibangun sekitar setahun lalu lantaran jembatan permanen Kali Putih ambrol pada Januari 2015.
Jembatan darurat hanyut karena aliran air di Kali Putih meluap pada Rabu (22/6/2016) malam. Hujan deras mengguyur wilayah tersebut sepanjang Rabu malam.
Pada Kamis pagi masih banyak warga yang kecele dan berniat melintasi jembatan darurat di Kali Putih tersebut. Sebagian memilih langsung berbalik arah namun ada pula yang menonton kerusakan jembatan tersebut terlebih dahulu.
Dari pantauan Solopos.com di lokasi, tidak ada sisa bambu-bambu dari jembatan darurat tersebut. Warga menduga aliran sungai sedalam sekitar 10 meter itu mengalir sangat deras sehingga menghanyutkan seluruh batang bambu. Tidak hanya itu, muncul retakan baru pada bibir sungai sisi selatan. Retakan tanah yang baru itu selebar kurang lebih dua meter dari posisi awal saat ambrol tahun lalu.
“Bibir sungainya ambrol lagi hingga menyeret sebagian aspal jalan. Dulu retakan bibir sungainya tidak sampai sini,” kata warga Dukuh Badran, Desa Brajan, Wiryanto, saat berbincang dengan solopos.com.
Dengan kondisi tersebut, akses warga tiga desa itu menjadi terhambat. Jika Mojolegi-Brajan hanya berjarak 2,5 kilometer, dengan putusnya jembatan itu mereka harus mencari jalur alternatif dengan jarak 5-6 kilometer.
“Lewat Dukuh Kudu, Tanggung, Gatak, Gunungsari, sampai Ledok Brajan. Jalurnya muter,” kata dia. Wiryanto meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali segera memperbaiki jembatan tersebut.
“Informasi yang diterima warga sudah ada alokasi anggaran Rp1 miliar tahun ini dan bulan keempat dijanjikan sudah terealisasi. Namun kenyataannya sampai sekarang belum juga diperbaiki,” ujar dia.
Warga Dukuh Ledok, Desa Brajan, Apri, mengatakan putusnya jembatan Kali Putih akan menyulitkan warga. “Besok kalau anak-anak sudah sekolah mau bagaimana, apa ya mau muter jauh. Dulu sebelum dibuatkan jembatan darurat saya capek sekali kalau pulang pergi bekerja harus muter sampai 5 kilometer.”
Sofyan, 31, petani di desa Mojolegi mengatakan ambrolnya jembatan sangat merugikan warga. Mereka kesulitan jika akan berangkat kerja atau sekolah. Petani juga kesulitan saat menuju ke sawahnya. “Kalau ndak ada jembatan darurat terpaksa kalau ke sawah harus menyeberangi sungai.”
Kapolsek Teras, AKP Purnomo, saat meninjau lokasi mengatakan saat kejadian tidak ada warga yang melintas. Warga pun mengambil inisiatif dengan menutup jalan dari kedua arah sebagai tanda peringatan bagi pengguna jalan.

Rabu, 16 Maret 2016

Pertanian

        Petani Desa Brajan mulai berpindah menanam tananam agrobisnis

                                              Proses Penanaman cabai di Desa Brajan

                                                Proses Pemanenan cabai di Desa Brajan
       
            Para petani di desa Brajan yang dari dlu hanya menanam tanaman pangan yang pada umumnya seperti padi,jagung dan kacang mulai beralih ke tanaman agrobisnis seperti cabe dan mentimun ,Saat ini, harga bahan-bahan kuliner sering berubah-ubah tak menentu. Begitu pula dengan cabai nan kadang harganya dapat melonjak naik tapi juga dapat turun pada saat-saat tertentu. Hal inilah nan kadang mendorong orang buat berkebun cabai sendiri. Selain itu, masa panen cabai lebih cepat dan bisa berulang ulang kali di bandingkan padi,kacang atau jagung yang membutuhkan waktu lama dan hanya sekali panen .
       Khususnya daerah dukuh Lemahbang yang mempunyai lahan pertanian yang luas, subur dan sistem pengairan yang baik , daerah persawahan di daerah dukuh Lemahbang sudah banyak di jumpai tanaman agrobisnis seperti cabai,melon dan mentimun . Hananto Saputro salah satu pelopor petani cabai di daerah Lemahbang yang sudah membuktikan kalau hasil dan keuntungan yang di dapat dari menanam tanaman agrobisnis lebih menguntungkan di banding dengan menanam padi seperti sebelum - sebelumnya .
       Akan tetapi menanam cabai tak semudah yang dibayangkan petani harus mengerti betul cara - cara menanam dengan baik dan perawatan cabai dengan baik agar hasil yang di dapatpun maksimal .Mulai dari bibit yang berkualitas, ketepatan menanam yang tepat, pengendalian hama penyakit dengan tepat dan waktu panen yang tepat , demikian pemaparan dari Saudara Hananto Saputro petani cabai dari dukuh Lemahbang yang sudah berhasil .

INFRASTRUKTUR BOYOLALI

Rp1,2 Miliar Digelontorkan untuk Bangun Jembatan Santren



        Solopos.com, BOYOLALI — Jembatan Santren Boyolali yang menghubungkan tiga desa yakni Desa Tawangsari, Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, dan Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, bakal dibangun tahun 2016 ini. Jembatan di Kali Putih itu putus sejak Februari 2015 lalu.
       Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali melalui Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM (DPU dan ESDM) Boyolali baru bisa mengalokasikan anggaran pada APBD 2016 untuk pembangunan kembali Jembatan Santren. Anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan jembatan tersebut senilai Rp1,2 miliar.
Seperti diketahui, kerusakan Jembatan Santren telah mengganggu mobilitas warga. Warga Desa Tawangsari atau Brajan yang akan ke Mojolegi harus memutar kurang lebih tujuh kilometer atau harus kembali melalui jalan raya dan mengambil rute Tlatar-Simo.
           Untuk sementara ini, warga memanfaatkan jembatan darurat yang terbuat dari bambu. “Jadi kalau petani saya yang mau ke sawah di seberang jembatan, pasti harus memereteli traktornya dulu,” kata Kades Tawangsari, Yayuk Tutik Supriyanti, saat ditemui solopos.com, Senin (1/2/2016).
Kabid Bina Marga DPU dan ESDM Boyolali, Nyoto Widodo, membenarkan APBD telah mengalokasikan anggaran Rp1,2 miliar untuk perbaikan Jembatan Santren. Selain di Santren, ada sepuluh jembatan lain di Boyolali yang akan dibangun dan diperbaiki tahun ini.
         Santren merupakan salah satu prioritas karena kondisi jembatan yang putus total akibat hujan deras dan banjir Kali Putih tahun lalu. Proyek jembatan yang mendapat alokasi anggaran cukup banyak antara lain Jembatan Bugel, Canden, Sambi; Jembatan Pulutan, Nogosari, dan Jembatan Kalilantung Desa Bengle, Wonosegoro.

Senin, 14 Maret 2016

Sejarah

 Sejarah berdirinya desa brajan ,awal mula berdirinya desa Brajan yaitu dari perjalanan penyebaran agama islam yang dibawa kyai Torono . Kyai Torono melakukan perjalanan menuju kediaman saudaranya yaitu kyai Wonokerto yang ada di gunung tugel dan kyai Wonosari yang ada di Gatak klepu di dalam perjalanan beliau membekali diri dengan sebuah pusaka yang dinamai kyai Brojo yang berwujudkan sebuah keris ,..Suatu ketika  Kyai Torono singgah disuatu tempat  dan kyai Torono pun menamai tempat tersebut dengan nama Brajan yang di ambil dari nama pusaka yang beliau bawa . Dan dari situlah Desa Brajan terbentuk, sebelum terbentuknya desa wilayah brajan sebagian besar masih berupa tegalan .
Setelah terbentuknya desa Brajan menyusulah dukuh dukuh baru yang terbentuk dan pemukimanpun mulai bertumbuh secara pesat yang semula hanya berupa daerah tegal dan sawah . Sekarang Desa Brajan mempunyai 14 dukuh yaitu : Karang Joho,Brajan, Randusari,Lemahbang,Tangung sari,Geneng kembang,Tegal geneng,Tegal sari, Badran, Ledok,Gunung sari,Klepu,Gatak,Geneng timah .