Jembatan darurat kali putih penghubung 3 desa hanyutditerjang banjir
Solopos.com, BOYOLALI—Jembatan darurat Kali Putih di Dukuh Santren, Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, hanyut, Kamis (23/6/2016) dini hari.
Jembatan darurat yang menghubungkan tiga desa yaitu Desa Tawangsari,
Desa Mojolegi, Kecamatan Teras, dan Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo,
dibangun sekitar setahun lalu lantaran jembatan permanen Kali Putih
ambrol pada Januari 2015.
Jembatan darurat hanyut karena aliran air di Kali Putih meluap pada
Rabu (22/6/2016) malam. Hujan deras mengguyur wilayah tersebut sepanjang
Rabu malam.
Pada Kamis pagi masih banyak warga yang kecele dan berniat melintasi
jembatan darurat di Kali Putih tersebut. Sebagian memilih langsung
berbalik arah namun ada pula yang menonton kerusakan jembatan tersebut
terlebih dahulu.
Dari pantauan Solopos.com di lokasi, tidak ada sisa bambu-bambu dari
jembatan darurat tersebut. Warga menduga aliran sungai sedalam sekitar
10 meter itu mengalir sangat deras sehingga menghanyutkan seluruh batang
bambu. Tidak hanya itu, muncul retakan baru pada bibir sungai sisi
selatan. Retakan tanah yang baru itu selebar kurang lebih dua meter dari
posisi awal saat ambrol tahun lalu.
“Bibir sungainya ambrol lagi hingga menyeret sebagian aspal jalan.
Dulu retakan bibir sungainya tidak sampai sini,” kata warga Dukuh
Badran, Desa Brajan, Wiryanto, saat berbincang dengan solopos.com.
Dengan kondisi tersebut, akses warga tiga desa itu menjadi terhambat.
Jika Mojolegi-Brajan hanya berjarak 2,5 kilometer, dengan putusnya
jembatan itu mereka harus mencari jalur alternatif dengan jarak 5-6
kilometer.
“Lewat Dukuh Kudu, Tanggung, Gatak, Gunungsari, sampai Ledok Brajan.
Jalurnya muter,” kata dia. Wiryanto meminta Pemerintah Kabupaten
(Pemkab) Boyolali segera memperbaiki jembatan tersebut.
“Informasi yang diterima warga sudah ada alokasi anggaran Rp1 miliar
tahun ini dan bulan keempat dijanjikan sudah terealisasi. Namun
kenyataannya sampai sekarang belum juga diperbaiki,” ujar dia.
Warga Dukuh Ledok, Desa Brajan, Apri, mengatakan putusnya jembatan
Kali Putih akan menyulitkan warga. “Besok kalau anak-anak sudah sekolah
mau bagaimana, apa ya mau muter jauh. Dulu sebelum dibuatkan jembatan
darurat saya capek sekali kalau pulang pergi bekerja harus muter sampai 5
kilometer.”
Sofyan, 31, petani di desa Mojolegi mengatakan ambrolnya jembatan
sangat merugikan warga. Mereka kesulitan jika akan berangkat kerja atau
sekolah. Petani juga kesulitan saat menuju ke sawahnya. “Kalau ndak ada
jembatan darurat terpaksa kalau ke sawah harus menyeberangi sungai.”
Kapolsek Teras, AKP Purnomo, saat meninjau lokasi mengatakan saat
kejadian tidak ada warga yang melintas. Warga pun mengambil inisiatif
dengan menutup jalan dari kedua arah sebagai tanda peringatan bagi
pengguna jalan.